Jumat, 18 April 2014

Kepantai Klayar dengan Kamera Poket

Nah ini ceritanya adalah ketika beberapa bulan yang lalu Om Hendhika bersama teman - teman kantor lagi ngisi weekend dengan "touring" hehehe.. kaya anak muda aja ya "touring segala, lebih tepatnya kaya geng motor, ehh.. salah ding bukan geng motor tapi club motor, karena kami kan berkendaranya dengan sopan dan tidak ugal - ugalan. hehe..
Tujuan kami waktu itu adalah ke pantai maha dahysat yang paling terkenal di Pacitan, pantai Klayar. Kalian pasti sudah banyak yang tau kan tentang keindahan pantai ini, dan misi Om Hendhika kali ini adalah ting - toongg mengabadikan segala moment dan keindahan pantai Klaya hanya dengan kamera "POKET".
Yuksss.. kita lihat sebagian hasilnya... :DDDDD

Jalur menuju Kabupaten Pacitan dari Ponorogo

Menuju Pantai Klayar dari Pacitan

Banyak pohon kelapa sepanjang jalan menuju pantai Klayar

Pantai Klayar mulai terlihat, rombongan hampir sampai.
Dari area parkir banyak pohon kelapa, pantai, &ATP.


Di pantai Klayar ada banyak persewaan ATP yang bisa kamu pakai menyusuri pantai.

Jika kamu menaiki tangga ke arah barat (kanan) kamu akan melihat tebing karang yang sangat indah dari pantai Klayar.

Jembtan kayu, mangruf, sawah, dan kebun kelapa di beberapa titik sepanjang pantai Klayar.

Pasir putih, gubuk, dan penjual kelapa muda
tepat sebelum masuk area seruling air di pantai Klayar.

Seruling air, bermain refleksi
di bebatuan karang pantai Klayar.

Icon pantai Klayar, air mancur Seruling Air.
(Tempat bermain favorit, Asin)

Yang tidak suka air bisa berfoto di tebing - tebing
batu di pantai Klayar.
Memandang laut lepas sambil melepas lelah.
Berfoto dengan background pantai Klayar yang sangat indah


Deburan ombak yang indah di pantai Klayar
Berfoto ria bersama kawan

Kamu juga bisa bertapa di atas batu karang dengan pemandangan pantai yang terhampar dan deburan ombak. :DDD

Backgroud karang pantai Klayar
Pasir putih sepanjang pantai Klayar.
Walau tidak ada sinya tapi banyak warung yang menjamin kalian tidak akan kelaparan di pantai Klayar. :D




Bagus - bagus kan fotonya? Hehehe..harus dijawab iya yak. ":p" Sayang sih waktu kami kesini cuaca agak mendung jadi langit tidak bisa biru tapi tetep kan hasilnya bagus - bagus. Semua foto ini diambil dengan kamera poket bukan DSLR. Kebetulan sang fotografer pakai kamera Canon PowerShoot G15 ada yang bilang kamera "Poin and shoot" tapi sebetulnya sama aja dengan kamera poket, ukuran sensor kecil, lensa tidak bisa diganti - ganti, dan yang pasti ukurannya kompak alias kecil jadi tidak seberat dan sebesar DSLR. Jenis kamera ini mungkin saat ini barunya sudah tidak ada diganti dengan penerusnya yaitu Canon G16 yang sudah pakai "wifi" dan pastinya jauh lebih cangih.

OK dehhh, sudah selesai dan sudah malam, jangan lupa luangkan waktu untuk jalan - jalan dan jangan lupa juga untuk selalu memotret karena memotret itu menyenangkan. :)

Jrengg..jrennggg...narsis dulu ya fotografernya :)

Kamis, 06 Maret 2014

Dikutip dari Khazanah salingsapa

Keikhlasan Dalam Menerima Takdir Allah




Sudah seberapa jauhkah keikhlasan kita dalam menerima takdir Allah? Sebuah takdir Allah
yang tidak sesuai dengan harapan kita. Atau lebih jauh, takdir Allah yang tak
pernah terbayangkan sebelumnya sehingga kita berada pada titik terbawah dalam
kehidupan yang kita jalani ini. Sudahkah kita menerima takdir Allah yang seperti itu dengan
kelapangan hati? Dengan sebuah kepasrahaan, yang menyerahkan seluruh diri kita
pada kehendak Allah. Atau malah kita tidak ikhlas menerimanya? yang pada
akhirnya hanya akan meninggalkan jejak berupa kekesalan di hati dan sesak di dada.
Kekecewaan dan kesedihan terus membuntuti, sampai-sampai kita berada di ujung
jurang keputusasaan dalam menjalani kehidupan.

Bagaimanapun, dalam hidup ini kita pasti akan merasakan takdir Allah yang tidak sesuai
dengan harapan kita. Lalu bagaimanakah seharusnya sikap kita dalam menghadapi takdir
Allah yang tidak sesuai dengan harapan kita? ada baiknya kita teladani kisah dari
salah satu sahabat Rasulullah Saw, yaitu Salman al Farisi.

Pada saat itu Salman al farisi telah memantapkan hati untuk menikah. Seorang wanita
Anshar yang solehah telah mengambil tempat dihatinya. Dan ini adalah pilihannya yang
tepat, pilihan yang berasal dari hati yang halus dan ruh yang suci.

Ia pun meminta sahabatnya yang juga seorang Anshar, yaitu Abud Darda' untuk
menemaninya dalam urusan khithbah. Setelah berbagai persiapan dirasa sudah cukup,
beranjaklah kedua sahabat tersebut ke rumah wanita solehah tersebut yang berada di
penjuru tengah kota Madinah.

”Saya adalah Abud Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah
telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan
jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa
Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk
mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.” ujar Abu Darda'.

”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima anda berdua, sahabat
Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan
seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya
serahkan pada puteri kami.” Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab yang di
belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.

”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang
bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena anda berdua yang datang, maka dengan mengharap
ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abud
Darda’ kemudianjuga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban
mengiyakan.”

Jelas sudah. Sebuah takdir yang mengejutkan. Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar
daripada pelamarnya! Itu mengejutkan dan ironis. Tapi ada hal yang begitu indah disana,
yakni reaksi Salman. Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan persaudaraan
bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan
bertemu dengan gelombang kesadaran; bahwa dia memang belum punya hak apapun atas
orang yang dicintainya. Bahwa apa yang selama ini dia harapkan tidak sesuai dengan
kenyataan. Takdir Allah berbicara lain dari apa yang telah diidamkannya. Namun
sebuah kelapangan dihatinya telah membuat ia ikhlas dalam menerima takdir Allah tersebut.
Bahkan sebuah keindahan dari rasa ikhlasnya telah ia tunjukkan saat itu juga. Mari kita
dengar ia bicara.

”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku
serahkan pada Abud Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”.

Itulah Salman al farisi. Jika pria pada umumnya pasti hati pria tersebut akan hancur
berkeping-keping dan akan merasakan patah hati yang teramat sangat. Namun begitulah
Salman. Ketegaran dan keikhlasan hatinya dalam menerima takdir Allah telah menciptakan
keindahan sikapnya dengan memberikan mahar dan nafkah yang telah dipersiapkannya
kepada Abu Darda.

Keikhlasan hati Salman tentu bukanlah ikhlas yang biasa saja. Ada sebuah keyakinan dalam
keihklasan yang ditunjukkannya. Keyakinan bahwa apa yang telah ditakdirkan Allah untuknya
memanglah sesuatu yang terbaik untuknya meskipun takdir tersebut terasa pahit dan
memilukan. Dan keikhlasannya yang diikuti dengan keyakinannya kepada Allah dalam
menerima takdir tersebut telah menunjukkan bahwa ikhlas merupakan salah satu bentuk
keimanan tertinggi saat mendapatkan takdir Allah yang tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan.



21 Februari 2014 | Penceramah : | Kegiatan Khazanah : www.salingsapa.com

"Semoga selalu bisa menjaga niat dan keikhlasan, aamiin."


Sabtu, 22 Februari 2014

Andai Kamu seperti Si Fulanah

Wanita tidak akan tenang sampai ia menikah "Fulanah: Yaa ustadzati, masih adakah lelaki dikolong langit ini..?" fb.me/3fyfXxTv3 :( Andai saja kamu juga memiliki perasaan yang sama seperti si Fulanah mungkin aku akan lebih tenang, tenang karena mungkin aku masih memiliki harapan, harapan akan perasaanku kepadamu, dan pastinya tentang kamu.
Namun aku juga telah lama memperhatikanmu, sejak awal melihatmu, dan hingga kini belum juga aku melihat tanda-tanda itu ada pada mu. Entahlah mungkin kamu yang begitu pintar menyembunyikannya hingga orang-orang di sekitarmu tidak ada yang tau.

"Andai saja kamu memiliki perasaan yang sama seperti si Fulanah sekaligus tau perasaanku, perasaan seseorang yang telah lama Menginginkanmu, mendampingimu, dan berjalan bersamamu."